Minggu, 06 Mei 2018

MULTIMEDIA PEMBELAJARAN REVOLUSI INDUSTRI DALAM ERA 4.0

MULTIMEDIA PEMBELAJARAN REVOLUSI INDUSTRI DALAM ERA 4.0

Perubahan dunia kini tengah memasuki era revolusi industri 4.0 atau revolusi industri dunia keempat dimana teknologi informasi telah menjadi basis dalam kehidupan manusia. Segala hal menjadi tanpa batas (borderless) dengan penggunaan daya komputasi dan data yang tidak terbatas (unlimited), karena dipengaruhi oleh perkembangan internet dan teknologi digital yang masif sebagai tulang punggung pergerakan dan konektivitas manusia dan mesin. Era ini juga akan mendisrupsi berbagai aktivitas manusia, termasuk di dalamnya bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) serta pendidikan tinggi.

Di era sekarang melahirkan revolusi industri ke-4. Jerman sebagai Negara yang mengglobalkan istilah industri 4.0 secara tidak langsung merubah wajah industri dunia. Menurut Wikipedia, industri 4.0 adalah nama tren otomasi dan pertukaran data terkini dalam teknologi pabrik, yang mencakup sistem siber fisik, internet untuk segalanya, komputer awan, dan komputasi kognitif.Perkembangan dunia digital saat ini sudah mencapai segala aspek dari segi bisnis, politik, ekonomi, budaya, hiburan, transportasi, dan lain sebagainya. Dari segi budaya saat ini di berbagai Negara telah mengembangkan budaya digital (digital culture), yang dimana fleksibilitas memungkinkan membawa pengaruh pada industri media dan pengguna.
           Menristekdikti menjelaskan ada lima elemen penting yang harus menjadi perhatian dan akan dilaksanakan oleh Kemenristekdikti untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan daya saing bangsa di era Revolusi Industri 4.0, yaitu:
1. Persiapan sistem pembelajaran yang lebih inovatif di perguruan tinggi seperti penyesuaian kurikulum pembelajaran, dan meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam hal data Information Technology (IT), Operational Technology (OT), Internet of Things (IoT), dan Big Data Analitic, mengintegrasikan objek fisik, digital dan manusia untuk menghasilkan lulusan perguruan tinggi yang kompetitif dan terampil terutama dalam aspek data literacy, technological literacy and human literacy.
2. Rekonstruksi kebijakan kelembagaan pendidikan tinggi yang adaptif dan responsif terhadap revolusi industri 4.0 dalam mengembangkan transdisiplin ilmu dan program studi yang dibutuhkan. Selain itu, mulai diupayakannya program Cyber University, seperti sistem perkuliahan distance learning, sehingga mengurangi intensitas pertemuan dosen dan mahasiswa. Cyber University ini nantinya diharapkan menjadi solusi bagi anak bangsa di pelosok daerah untuk menjangkau pendidikan tinggi yang berkualitas.
3. Persiapan sumber daya manusia khususnya dosen dan peneliti serta perekayasa yang responsive, adaptif dan handal untuk menghadapi revolusi industri 4.0. Selain itu, peremajaan sarana prasarana dan pembangunan infrastruktur pendidikan, riset, dan inovasi juga perlu dilakukan untuk menopang kualitas pendidikan, riset, dan inovasi.
4. Terobosan dalam riset dan pengembangan yang mendukung Revolusi Industri 4.0 dan ekosistem riset dan pengembangan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas riset dan pengembangan di Perguruan Tinggi, Lembaga Litbang, LPNK, Industri, dan Masyarakat.
5. Terobosan inovasi dan perkuatan sistem inovasi untuk meningkatkan produktivitas industri dan meningkatkan perusahaan pemula berbasis teknologi.

Tidak dapat kita pungkiri, dengan semakin canggihnya teknologi yang sedang berkembang mau tidak mau membawa perubahan yang cukup signifikan di berbagai lintas sektor kehidupan. Salah satu bahasan yang cukup menarik yakni terkait hubungan revolusi industri 4.0 dengan sistem pendidikan di Indonesia, sesuai arahan MENRISTEKDIKTI terkait dampak industri 4.0 yakni dengan adanya ‘digitalisasi sistem’, mau tidak mau menuntut baik para dosen maupun mahasiswa untuk mampu dengan cepat beradaptasi dengan perubahan yang ada. Sistem pembelajaran yang semula berbasis pada tatap muka secara langsung di kelas, bukan tidak mungkin akan dapat digantikan dengan sistem pembelajaran yang terintegrasikan melalui jaringan internet (online learning). Adanya perubahan tersebut juga memiliki analisis risk-benefit, di mana keuntungan yang bisa didapatkan antara lain mahasiswa tetap bisa belajar dan tetap bisa mengakses materi pembelajaran tanpa harus hadir di kelas, hal ini pun menjadi keuntungan tersendiri bagi siswa yang mengalami kendala dalam hal jarak dan finansial.

Permasalahan:
1.Apa sajakah dampak yang akan terjadi pada revolusi industri 4.0 dalam pendidikan?

Sabtu, 05 Mei 2018

Presentasi E-Learning Kimia Hasil Pengembangan



Presentasi E-Learning Kimia Hasil Pengembangan

E-learning

Telegram mulai diperkenalkan pada 14 agusts 2013 ke perangkat IOS, kemudian ke android pada tanggal 20 Oktober 2013. Dari segi interface, telegram mempunyai tampilan yang rapi, bersih, dan sederhana. Memiliki teks pesan yang stndar, juga memiliki fitur secret chat yang memungkinkan pesan bisa tersimpan secara rahasia yang hanya mampu diakses oleh si penerima dan pengirim pesan. Dari segi fitur, telegram juga tak kalah dengan aplikasi lain, misalnya :
  • Grup , sebagian besar aplikasi pesan instan memiliki fitur grup, akan tetapi yang membuat berbeda pada telegram adalah kemampuannya dalam menampung 5.000 lebih orang dan pesan yang dikirim di grup juga akan terenkripsi
  • Channel, fitur ini hampir mirip dengan fitur yang dipunyai Black Berry Massenger. Meski berbeda tipis dengan grup, channel dapat difungsikan untuk kegunaan yang lebih luas, misalnya untuk brand atau perusahaan. Disana mampu mendaapatkan anggota tak terbatas , menyebarkan informasi terbaru dan menjangkau anggota dengan cepat dan gratis.
  • Keamanan, telegram handal dalam hal kemanan. Mereka menerapkan skema enkripsi simetrik bernama MTProt

Sebagai seorang guru haruslah mampu mengikuti perkembangan teknologi yang ada, guna mempermudah dalam pengajaran dan mendapatkan hasil yang optimal bagi mata pelajaran yang diampunya. Penerapan dari e-learning pada semua mata pelajaran itu sendiri telah berlangsung sejak 10 tahum lamaya. Semua guru tidak dapat lagi menghindari hal ini. Mau tidak mau, suka tidak suka, semua guru haruslah mampu menggunakan teknologi yang ada dan harus mampu menrapkannya untuk mata pelajaran yang ia mampu.
banyak situs E-learning yang dapat kita gunakan sebagai seorang guru dalam kegiatan belajar mengajar. berikut merupakan contoh e-learning 









permasalahan:
1. apa kendala terbesar yang mungkin di alami siswa dan guru jika menggunakan media ini?

Sabtu, 28 April 2018

Presentasi Multimedia pembelajaran kimia Hasil Pengembangan


Presentasi Multimedia pembelajaran  kimia Hasil Pengembangan


    kita akan lebih mendalami tentang multimedia pembelajaran kimia hasil pengembangan . sebelum kita melihat multimedia pembelajaran kimia seperti apa yang akan diterapkan, ada baiknya kita kembali mengulang pemahaman tentang multimedia itu tersendiri .

    Multimedia adalah  penggunaan lebih dari satu macam media untuk menyajikan informasi. Misalnya, video musik adalah bentuk multimedia karena informasi menggunakan audio / suara dan video.
     Multimedia adalah satu kata yang sebenarnya tidak mudah untuk didefinisikan. Para ahli menganggap bahwa kata “multimedia” sebenarnya wujud barang nyatanya tidak berbentuk. Namun demikian perlu menyimak berbagai batasan pengertian tentang multimedia yang diberikan oleh banyak ahli di bidang tersebut.
     Pengertian multimedia yang dalam pengembangan ini adalah presentasi pembelajaran / instruksional yang Mengkombinasikan tampilan teks, grafis, video, dan audio serta dapat menyediakan interaktivitas .

    Bahan ajar kimia yang ada kebanyakan kurang dapat menggambarkan konsep mikroskopis atau konsep abstrak yang terdapat dalam ilmu kimia. Siswa sulit memahami materi kimia yang bersifat abstrak hanya dengan membaca tulisan atau mendengarkan penjelasan dari guru. Untuk mengatasi hal tersebut, dibutuhkan sumber belajar lain yang dapat digunakan siswa untuk memahami materi kimia yang bersifat abstrak. Salah satunya adalah dengan menggunakan multimedia pembelajaran kimia. Multimedia adalah media yang menggabungkan dua unsur atau lebih media yang terdiri dari teks, grafis, gambar, foto, audio, video, dan animasi secara terintegrasi (Sodikin, 2009:742).
            Dalam menggunakan multimedia disini saya mengambil Microsoft Power Point dimana Microsoft Power Point suatu software yang akan membantu dalam menyusun sebuah presentasi yang efektif, professional dan juga mudah. Microsoft Power Point akan membantu sebuah gagasan menjadi lebih menarik dan jelas tujuannya jika dipresentasikan karena Microsoft Power Point akan membantu dalam pembuatan slide, outline presentasi, menampilkan slide yang dinamis, termasuk clip art yang menarik, yang mudah ditampilkan di layar monitor komputer.

Alasan saya memilih multimedia Power Point dikarenakan saya kadang kurang paham jika pembelajaran tersebut di tampilkan hanya mengunakan kata-kata saja tapi harus di selingi dengan suatu objek seperti gambar,grafik dan dll. Powerpoint dapat membantu saja dalam memahami suatu materi yang disampaikan karena power point ini dapat menampilkan suatu pembelajaran yang lebih menarik,mudah dalam pembuatan, mudah dalam penggunaan dan relatif murah, karena tidak membutuhkan bahan baku selain alat untuk penyimpanan data (data storage).
Adanya anggapan bahwa kimia merupakan pelajaran yang sulit, konsep-konsep kimia banyak yang bersifat abstrak, banyaknya materi yang harus dipahami dan dikuasai membuat siswa cepat bosan dan tidak tertarik mengikuti pembelajaran kimia dengan baik akan dapat dimengerti siswa dengan menggunakan  Microsoft Power Point yang dapat diakses pada 

https://docs.google.com/presentation/d/1iC8gjYG0KWcTtW1EO1BuxKK508Dap2Ek6Y08suz0B58/edit?usp=sharing

Permasalahan:
Apakah dengan menggunakan power point disini dapat membantu siswa dalam proses belajar dan manfaat apa saja yang ada dalam multimedia tersebut?



Minggu, 22 April 2018

Pengembangan e-learning dalam Pembelajaran Kimia

Pengembangan e-learning dalam Pembelajaran Kimia

Pengertian e-learning pada umumnya terfokus pada cakupan media atau teknologinya. E-learning menurut Gilbert & Jones dalam Surjono (2007) adalah suatu pengiriman materi pembelajaran melalui suatu media elektronik, seperti internet, intranet/ekstranet, satelite broadcast, audio/video, TV interaktif, CD-ROM dan computer based training (CBT). E-learning juga diartikan sebagai seluruh pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN atau Internet) untuk membantu interaksi dan penyampaian materi selama proses pembelajaran (Kumar, 2006). Urdan dan Weggen menyatakan e-learning sebagai suatu pengiriman materi melalui semua media elektronik, termasuk internet, intranet, siaran radio satelit, alat perekam audio/video, TV interaktif, dan CD-ROM (Anderson, 2005).

Pengertian e-learning berbeda dengan pembelajaran secara online (online learning) dan pembelajaran jarak jauh (distance learning). Online learning merupakan bagian dari e-learning, hal ini seperti yang dinyatakan oleh Australian National Training Authority bahwa e-learning merupakan suatu konsep yang lebih luas dibandingkan online learning, yaitu meliputi suatu rangkaian aplikasi dan proses-proses yang menggunakan semua media elektronik untuk membuat pelatihan dan pendidikan vokasional menjadi lebih fleksibel. Online learning merupakan suatu pembelajaran yang menggunakan internet, intranet dan ekstranet, atau pembelajaran yang menggunakan jaringan komputer yang terhubung secara langsung dan luas cakupannya (global). Sedangkan distance learning, cakupannya lebih luas dibandingkan e-learning, yaitu tidak hanya melalui media elektronik tetapi bisa juga menggunakan media non-elektronik. Distance learning lebih menekankan pada ketidakhadiran pendidik setiap waktu. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan secara umum e-learning dapat diartikan sebagai pembelajaran yang memanfaatkan atau menerapkan teknologi informasi dan komunikasi. E-learning adalah kegiatan belajar yang menggunakan internet yang dapat dikombinasikan dengan kegiatan tatap muka yang ada di lembaga pendidikan.
Penerapan e-learning banyak variasinya, karena perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang cepat. Surjono (2007), menekankan penerapan e-learning pada pembelajaran secara online dan dibagi menjadi dua yaitu sederhana dan terpadu. Penerapan e-learning yang sederhana hanya berupa kumpulan bahan pembelajaran yang dimasukkan ke dalam web server dan ditambah dengan forum komunikasi melalui e-mail dan atau mailing list (milist). Penerapan terpadu yaitu berisi berbagai bahan pembelajaran yang dilengkapi dengan multimedia dan dipadukan dengan sistem informasi akademik, evaluasi, komunikasi, diskusi, dan berbagai sarana pendidikan lain, sehingga menjadi portal e-learning. Pembagian tersebut di atas berdasarkan pada pengamatan dari berbagai sistem pembelajaran berbasis web yang ada di internet. Nedelko (2008), menyatakan ada tiga jenis format penerapan e-learning, yaitu:
1.         Web Supported e-learning, yaitu pembelajaran tetap dilakukan secara tatap muka dan didukung dengan penggunaan website yang berisi rangkuman tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, tugas, dan tes singkat
2.         Blended or mixed mode e-learning, yaitu sebagaian proses pembelajaran dilakukan secara tatap muka dan sebagian lagi dilakukan secara online
3.         Fully online e-learning format, yaitu seluruh proses pembelajaran dilakukan secara online termasuk tatap muka antara pendidik dan peserta didik juga dilakukan secara online yaitu dengan menggunakan teleconference.
Penerapan e-learning lebih banyak dimaknai sebagai pembelajaran menggunakan teknologi jaringan (net) atau secara online. Hal ini berkaitan dengan perkembangan TIK yang mengarah pada teknologi online. TIK saat ini, lebih difokuskan untuk pengembangan networking (jaringan) yang memungkinkan untuk mengirim, memperbaharui, dan berbagi informasi secara cepat. Keberhasilan penerapan dari e-learning bergantung pada beberapa faktor antara lain teknologi, materi pembelajaran dan karakteristik dari peserta didik. Teknologi merupakan faktor pertama yang mempunyai peran penting di dalam penerapan e-learning, karena jika teknologi tidak mendukung maka sangat sulit untuk menerapkan e-learning, minimal sekolah mempunyai komputer. Materi pembelajaran juga harus sesuai dengan tujuan pembelajaran, dijabarkan secara jelas atau diberikan link ataupun petunjuk sumber pembelajaran yang lain. Karaktersitik peserta didik juga sangat dibutuhkan karena nilai utama di dalam e-learning adalah kemandirian

Permasalahan:

Tugas Terstruktur Tatap Muka ke-2 dan ke-3

Tugas Tatap Muka ke-2 dan ke-3
1.      Menurut cognitive theory of multimedia learning bahwa ada tiga asumsi utama yang dijadikan acuan dalam merancang suatu multimedia pembelajaran. Jelaskan ketiga asumsi tersebut dengan memberikan contoh masing-masing media yang relevan untuk pembelajaran kimia.
Jawab:
Sweller mengungkapkan, “Cognitive Load Theory (CLT) began as instructional theory based on our knowledge of human cognitive architecture. Cognitive Load Theory merupakan suatu teori yang diperkenalkan sebagai teori pengajaran yang berdasar pada pengetahuan dari arsitektur kognitif manusia yang kita miliki. Prinsip utama Cognitive Load Theory adalah kualitas dari pembelajaran akan meningkat jika perhatian dikonsentrasikan pada peran dan keterbatasan memori kerja. Clark dkk mengungkapkan bahwa terdapat Cognitive Load Theory dalam memori kerja, yaitu 1) intrinsic cognitive load, 2) germany cognitive load, dan 3) extraneous cognitive load (Kuan, 2010).
a) Intrinsic Cognitive Load
Intrinsic Cognitive Load bergantung pada tingkat kesulitan dari suatu materi. Akan tetapi dengan teknik penyajian yang baik, yaitu yang tidak menyulitkan pemahaman peserta didik, akan mengelola Intrinsic Cognitive Load . Pemahaman suatu materi dapat dengan mudah terjadi jika pengetahuan sebelumnya dapat dipanggil dari memori jangka panjang. Oleh karena itu, jika pengetahuan tersebut dapat otomatis dipanggil ke memori kerja, maka dapat mengelola Intrinsic Cognitive Load.
Misalnya menjelaskan materi ikatan kimia. Terlebih dahulu kita menjelaskan tentang struktur atom. Materi struktur atom ini telah dipelajari pada beberapa pertemuan sebelumnya. Maka untuk memanggil kembali memori siswa, bias digunakan media molymod (model struktur atom).
b) Germany Cognitive Load
Germany Cognitive Load adalah beban yang relevan atau menguntungkan yang dikenakan oleh metode pengajaran yang mengarah pada hasil belajar yang lebih baik (Kuan, 2010:7). Germany Cognitive Load ini relevan dengan tujuan pengajaran. Dengan pemberian motivasi kepada siswa dan pemberian contoh soal dapat meningkatkan Germany Cognitive Load .
c) Extraneous Cognitive Load
Extraneous Cognitive Load bergantung pada cara pesan-pesan instruksional tersebut dirancang-yakni, pada cara materi tersebut ditata dan disajikan (Mayer, 2009:74). Penyajian materi yang tidak dirancang dengan baik, maka individu harus menghadapi pemrosesan kognitif yang tidak relevan. Jika penyajian materi dirancang dengan baik, maka Extraneous Cognitive Load-nya sangat kecil. Misalnya pembelajaran dengan multimedia, jika pada slide-nya hanya disajikan tulisan saja, dibandingkan dengan slide yang berisi tulisan atau gambar yang relevan, maka Extraneous Cognitive Load-nya lebih rendah dibandingkan slide yang berisi tulisan saja. Selain itu, desain pembelajaran yang tidak efisien akan menambah Cognitive Load yang tidak diperlukan.
Ketiga jenis Cognitive Load diatas berada dalam memori kerja yang memiliki kapasitas terbatas. Untuk materi yang tingkat kesulitannya tinggi, yaitu materi yang kompleks, maka Exstraneous Cognitive Load harus ditekan serendah mungkin sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik.
Dalam pembelajaran, kelebihan Cognitive Load tergantung pada tingkat kompleksitas atau tingkat kesulitan dari materi yang dipelajari, yaitu penyebab intrinsic cognitive load. Jika materi yang harus dipelajari memiliki intrinsic cognitive load tinggi, maka desain pembelajaran harus diorganisasi sedemikian rupa agar exstraneous cognitive load dapat ditekan seminim mungkin. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi kelebihan cognitive load. Oleh karena itu, pembelajaran yang efektif terletak pada optimasi cognitive load dalam kapasitas memori kerja siswa yang terbatas (Kuan, 2010:7). Optimasi cognitive load ini dapat dicapai dengan mengelola intrinsic cognitive load, mengurangi extraneous cognitive load, dan meningkatkan germany cognitive load (Kalyuga dalam Kuan, 2010:7). Berikut adalah model pembelajaran efektif menurut Clark dkk. (dalam Kuan, 2010:7

2.   Jelaskan bagaimana teori dual coding dapat diadaptasikan dalam menyiapkan suatu multimedia pembelajaran  kimia
Jawab:
Teori dual coding yang dikemukakan Allan Paivio (Paivio, 1971, 2006) menyatakan bahwa informasi yang diterima seseorang diproses melalui salah satu dari dua channel, yaitu channel verbal seperti teks dan suara, danchannel visual (nonverbal image) seperti diagram, gambar, dan animasi. Kedua channel ini dapat berfungsi baik secara independen, secara paralel, atau juga secara terpadu bersamaan (Sadoski, Paivio, Goetz, 1991). Kedua channel informasi tersebut memiliki karakteristik yang berbeda. Channel verbal memroses informasi secara berurutan sedangkan channel nonverbal memroses informasi secara bersamaan (sinkron) atau paralel.
Aktivitas berpikir dimulai ketika sistem sensory memory menerima rangsangan dari lingkungan, baik berupa rangsangan verbal maupun rangsangan nonverbal. Hubungan-hubungan representatif (representational connection) terbentuk untuk menemukan channel yang sesuai dengan rangsangan yang diterima. Dalam channel verbal, representasi dibentuk secara urut dan logis, sedangkan dalam channel nonverbal, representasi dibentuk secara holistik. Sebagai contoh, mata, hidung, dan mulut dapat dipandang secara terpisah, tetapi dapat juga dipandang sebagai bagian dari wajah. Representasi informasi yang diproses melalui channel verbal disebut logogen sedangkan representasi informasi yang diproses melalui channel nonverbal disebut imagen .
Menurut teori Dual Coding yang dikemukakan oleh Paivio, kedua channel pemrosesan informasi tersebut tidak ada yang lebih dominan. Namun demikian, Carlson, Chandler, dan Sweller tahun 2003 dalam (Ma, (?)) telah melakukan sebuah riset untuk melihat apakah pembelajaran yang dilakukan melalui diagram atau teks akan membantu kegiatan belajar. Carlson dan kawan-kawan mengasumsikan bahwa karena diagram lebih lengkap dibandingkan teks, dan dengan diagram seseorang mampu menghubungkan antara elemen yang satu dengan yang lainnya, maka orang yang belajar melalui diagram akan lebih berprestasi dibandingkan dengan orang yang belajar dengan menggunakan teks saja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk bahan belajar yang memiliki tingkat interaktivitas tinggi, kelompok yang belajar dengan menggunakan diagram memiliki prestasi lebih tinggi dibandingkan dengan yang hanya belajar dengan teks. Untuk bahan belajar yang tidak memiliki tingkat interaktivitas yang tinggi, kedua kelompok tidak menunjukkan perbedaan prestasi yang signifikan.
Sebagai tambahan kesimpulan dari teori dual coding ini jika dikaitkan dengan bagaimana seseorang memroses suatu informasi baru, dapat dinyatakan bahwa teori ini mendukung pendapat yang menyatakan seseorang belajar dengan cara menghubungkan pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya (prior knowledge). Peneliti berpendapat bahwa seorang tenaga pemasaran yang memiliki masa kerja lebih lama juga memiliki prior knowledge yang lebih banyak dibandingkan dengan mereka yang memiliki masa kerja lebih pendek, sehingga dapat diharapkan bahwa para tenaga pemasaran yang memiliki masa kerja lebih lama akan lebih mudah memahami informasi baru yang disampaikan.
Teori Dual Coding juga menyiratkan bahwa seseorang akan belajar lebih baik ketika media belajar yang digunakan merupakan perpaduan yang tepat dari channel verbal dan nonverbal (Najjar, 1995). Sejalan dengan pernyataan tersebut, peneliti berpendapat bahwa ketika media belajar yang digunakan merupakan gabungan dari beberapa media maka kedua channel pemrosesan informasi (verbal dan nonverbal) dimungkinkan untuk bekerja secara paralel atau bersama-sama, yang berdampak pada kemudahan informasi yang disampaikan terserap oleh pembelajar.

Sabtu, 21 April 2018

TEORI PEMROSESAN INFORMASI BERBANTUAN MEDIA




TEORI PEMROSESAN INFORMASI BERBANTUAN MEDIA

Informasi adalah pesan (ucapan atau ekspresi) atau kumpulan pesan yang terdiri dari order sekuens dari simbol, atau makna yang dapat ditafsirkan dari pesan atau kumpulan pesan. Informasi dapat direkam atau ditransmisikan. Hal ini dapat dicatat sebagai tanda-tanda, atau sebagai sinyal berdasarkan gelombang. Informasi adalah jenis acara yang mempengaruhi suatu negara dari sistem dinamis. Para konsep memiliki banyak arti lain dalam konteks yang berbeda.  Informasi bisa di katakan sebagai pengetahuan yang didapatkan dari pembelajaran, pengalaman, atau instruksi. Namun, istilah ini memiliki banyak arti bergantung pada konteksnya, dan secara umum berhubungan erat dengan konsep seperti arti, pengetahuan, negentropy, Persepsi, Stimulus, komunikasi, kebenaran, representasi, dan rangsangan mental.
Dalam beberapa hal pengetahuan tentang peristiwa-peristiwa tertentu atau situasi yang telah dikumpulkan atau diterima melalui proses komunikasi, pengumpulan intelejen, ataupun didapatkan dari berita juga dinamakan informasi. Informasi yang berupa koleksi data dan fakta seringkali dinamakan informasi statistik. Dalam bidang ilmu komputer, informasi adalah data yang disimpan, diproses, atau ditransmisikan. Penelitian ini memfokuskan pada definisi informasi sebagai pengetahuan yang didapatkan dari pembelajaran, pengalaman, atau instruksi dan alirannya.
Informasi adalah data yang telah diberi makna melalui konteks. Sebagai contoh, dokumen berbentuk spreadsheet (semisal dari Microsoft Excel) seringkali digunakan untuk membuat informasi dari data yang ada di dalamnya. Laporan laba rugi dan neraca merupakan bentuk informasi, sementara angka-angka di dalamnya merupakan data yang telah diberi konteks sehingga menjadi punya makna dan manfaat.

Teori Pemrosesan Informasi
 Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran.
Berdasarkan  temuan  riset  linguistik,  psikologi,  antropologi  dan  ilmu  komputer,  dikembangkan  model  berpikir.  Pusat  kajiannya  pada  proses  belajar  dan menggambarkan  cara  individu  memanipulasi  simbol  dan  memproses  informasi. Model belajar pemrosesan  informasi Anita E. Woolfolk  (Parkay & Stanford, 1992) disajikan melalui skema yang dikutip berikut ini.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhw4FoE35QpLdzj4bwAeHUjQ9xXLXq63tV4eIpBOMgdxEgFcezReMFB4LI_V5S42FMJfxrXrYnny2rJNEU67JbDEnii05edO_yPBd7QVe_-oTB9jGXDZGc3ZNdV9EPPaZd5K4nkSrfAXjc/s320/hs.jpg

Model  belajar  pemrosesan  informasi  ini  sering  pula  disebut  model  kognitif information processing, karena dalam proses belajar  ini  tersedia  tiga  taraf struktural sistem informasi, yaitu:
1)      Sensory  atau  intake  register:  informasi  masuk  ke  sistem  melalui  sensory register,  tetapi  hanya  disimpan  untuk  periode  waktu  terbatas.  Agar  tetap dalam  sistem,  informasi  masuk  ke  working  memory  yang  digabungkan dengan informasi di long-term memory.
2)      Working memory: pengerjaan atau operasi  informasi berlangsung di working memory,  dan  di  sini  berlangsung  berpikir  yang  sadar.  Kelemahan  working memory  sangat  terbatas  kapasitas  isinya  dan memperhatikan  sejumlah  kecil informasi secara serempak.
3)      Long-term  memory,  yang  secara  potensial  tidak  terbatas  kapasitas  isinya sehingga mampu menampung seluruh  informasi yang sudah dimiliki peserta didik.  Kelemahannya  adalah  betapa  sulit  mengakses  informasi  yang tersimpan di dalamnya.

Diasumsikan,  ketika  individu  belajar,  di  dalam  dirinya  berlangsung  proses kendali atau pemantau bekerjanya  sistem  yang berupa prosedur  strategi mengingat, untuk  menyimpan  informasi  ke  dalam  long-term  memory  (materi  memory  atau ingatan) dan strategi umum pemecahan masalah (materi kreativitas).
Dalam mengartikan penyampaian informasi dengan multimedia perlu dibedakan apa yang disebut dengan media pengantar, desain pesan,  serta kemampuan sensorik. Media pengantar mengacu pada sistem yang dipakai untuk menyajikan informasi, misalnya media berbasiskan media cetakan atau media berbasiskan komputer. Desain pesan mengacu pada bentuk yang digunakan untuk menyajikan informasi, misalnya pemakaian animasi  atau teks audio. Kemampuan sensorik mengacu pada jalur pemrosesan informasi yang dipakai untuk memproses informasi yang diperoleh, seperti proses penerimaan informasi visual atau auditorial. Sebagai contoh, suatu paparan tentang bagaimana sistem sesuatu alat bekerja dapat dipresentasikan melalui teks tertulis dalam buku atau melalui teks di layar komputer (dua media yang berbeda), dalam bentuk rangkaian kata-kata atau kombinasi kata-kata dan gambar (dua desain pesan yang berbeda), atau dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan (dua sensorik yang berbeda). Sebenarnya istilah desan pesan mengacu pada proses manipulasi, atau rencana manipulasi dari sebuah pola tanda yang  memungkinkan untuk mengkondisi  pemerolehan informasi. Penelitian telah menemukan  bukti bahwa desain pesan yang berbeda pada multimedia instruksional mempengaruhi kualitas performansi (Pranata, 2004). Beberapa teori yang melandasi perancangan desain  pesan multimedia instruksional ialah teori  pengkodean ganda, teori muatan kognitif, dan teori pemrosesan ganda. Menurut teori pengkodean ganda manusia memiliki sistem memori kerja yang terpisah untuk informasi verbal dan informasi visual, memori kerja terdiri atas memori kerja visual dan  memori kerja auditori. Teori muatan kognitif menyatakan bahwa setiap memori kerja memiliki kapasitas yang terbatas. Sedangkan teori pemrosesan ganda menyatakan bahwa penyampaian informasi lewat multimedia instruksional baru bermakna jika informasi yang diterima diseleksi pada setiap penyimpanan, diorganisasikan ke dalam representasi yang berhubungan, serta dikoneksikan dalam tiap penyimpanan Temuan-temuan penelitian (Pranata, 2004) telah menguji kebenaran teori pengkodean ganda (dual-coding theory): terdapat dua buah saluran pemrosesan informasi yang independent yaitu pemrosesan informasi visual (atau memori kerja visual) dan pemrosesan informasi verbal (atau memori kerja verbal); kedua memori kerja tersebut memiliki kapasitas yang terbatas untuk memroses informasi yang masuk. Hal terpenting yang dinyatakan oleh teori muatan kognitif adalah sebuah gagasan bahwa kemampuan terbatas memori kerja, visual maupun auditori, seharusnya menjadi pokok pikiran ketika seseorang hendak mendesain sesuatu pesan multimedia.

Beberapa model telah dikembangkan di antaranya oleh Gagne (1984), Gage dan Berliner (1988) serta Lefrancois, yang terdiri atas tiga macam ingatan yaitu: sensory memory atau Ingatan Inderawi (II), Ingatan Jangka Pendek (IJPd) atau short-term/working memory, Ingatan Jangka Panjang (IJPj) atau long-term memory. Berdasar ketiga model tersebut dapat dikembangkan diagram pemrosesan informasi berikut ini:


INGATAN JANGKA PANJANG (IJPj)
Ingatan Inderawi (II)
Sebagaimana terlihat pada diagram di atas, suatu masukan/informasi yang terdapat pada stimulus atau rangsangan dari luar akan diterima manusia melalui panca inderanya. Informasi tersebut menurut Lefrancois akan tersimpan di dalam ingatan selama tidak lebih dari satu detik saja. Ingatan tersebut akan hilang lagi tanpa disadari dan akan diganti dengan informasi lainnya. Ingatan sekilas atau sekelebat yang didapat melalui panca indera ini biasanya disebut ’sensory memory’ atau ‘ingatan inderawi’. Berdasar pada apa yang dipaparkan di atas, dapatlah disimpulkan bahwa, seperti yang telah sering dialami para guru dan telah dinyatakan dua orang siswa di bagian awal tulisan ini, pesan atau keterangan yang disampaikan seorang guru dapat hilang seluruhnya dari ingatan para siswa jika pesan atau keterangan tersebut terkategori sebagai ingatan inderawi. Alasanya, seperti sudah dipaparkan tadi, Ingatan Inderawi hanya dapat bertahan di dalam pikiran manusia selama tidak lebih dari satu detik saja. Pertanyaan penting yang dapat dimunculkan adalah: Bagaimana caranya agar informasi atau keterangan seorang guru tidak akan hilang begitu saja dari ingatan siswa?


Ingatan Jangka Pendek (IJPd)
Suatu informasi baru yang mendapat perhatian siswa, tentunya akan berbeda dari informasi yang tidak mendapatkan perhatian dari mereka. Suatu informasi baru yang mendapat perhatian seorang siswa lalu terkategori sebagai IJPd sebagaimana dinyatakan Gage dan Berliner (1988, p.285) berikut: “When we pay attention to a stimulus, the informations represented by that stimulus goes into short-term memory or working memory.” Jelaslah bahwa IJPd adalah setiap Ingatan Inderawi yang stimulusnya mendapat perhatian dari seseorang. Dengan kata lain, IJPd tidak akan terbentuk di dalam otak siswa tanpa adanya perhatian dari siswa terhadap informasi tersebut. IJPd ini menurut Lefrancois dapat bertahan relatif jauh lebih lama lagi, yaitu sekitar 20 detik. Sebagai akibatnya, pengetahuan tentang perbedaan antara kedua ingatan ini lalu menjadi sangat penting untuk diketahui para guru dan diharapkan akan dapat dimanfaatkan selama proses pembelajaran di kelasnya. Sekali lagi, perhatian para siswa terhadap informasi atau masukan dari para guru akan sangat menentukan diterima tidaknya suatu informasi yang disampaikan para guru tersebut. Karenanya, untuk menarik perhatian para siswa terhadap bahan yang disajikan, di samping selalu memotivasi siswanya, seorang guru pada saat yang tepat sudah seharusnya mengucapkan kalimat seperti: “Anak-anak, bagian ini sangat penting.”  Tidak hanya itu, aksi diam seorang guru ketika siswanya ribut, mencatat hal dan contoh penting di papan tulis, memberi kotak ataupun garis bawah dengan kapur warna untuk materi essensial, menyesuaikan intonasi suara dengan materi, memukul rotan ke meja, sampai menjewer telinga merupakan usaha-usaha yang patut dihargai dari seorang guru selama proses pembelajaran untuk menarik perhatian siswanya. Namun hal yang lebih penting lagi adalah bagaimana menumbuhkan kemauan dan motivasi dari dalam diri siswa sendiri, sehingga para siswa akan mau belajar dan memperhatikan para gurunya selama proses pembelajaran sedang berlangsung.

Ingatan Jangka Panjang (IJPj)
Mengapa Ibukota Indonesia jauh lebih mudah diingat daripada Ibukota Negeria? Untuk menjawabnya, perlu disadari adanya suatu kenyataan bahwa Jakarta jauh lebih sering disebut dan didengar namanya daripada Lagos; misalnya dari buku, pembicaraan, televisi, ataupun koran. Karenanya, Jakarta sebagai Ibukota Indonesia kemungkinan besar sudah tersimpan di dalam IJPj. Informasi yang sudah tersimpan di dalam IJPj ini sulit untuk hilang, sehingga Jakarta dapat diingat dengan mudah. Jelaslah bahwa IJPj adalah IJPD yang mendapat pengulangan. Kata lainnya IJPj tidak akan terbentuk tanpa adanya pengulangan. Dapatlah disimpulkan sekarang bahwa pengulangan merupakan kata kunci dalam proses pembelajaran. Karenanya, latihan selama di kelas atau di rumah merupakan kata kunci yang akan sangat menentukan keberhasilan atau ketidak berhasilan suatu pengetahuan yang diingat dalam jangka waktu yang lama. Itulah sebabnya, ada guru berpengalaman yang menyatakan kepada siswanya bahwa akan jauh lebih baik untuk belajar 6 × 10 menit daripada 1 × 60 menit. Selain pengulangan atau latihan, beberapa hal penting yang harus diperhatikan Bapak dan Ibu Guru agar suatu pengetahuan dapat diingat siswa dengan mudah adalah:
1.  Sesuatu yang sudah dipahami akan lebih mudah diingat siswa daripada sesuatu yang tidak dipahaminya. Contohnya, proses untuk mengingat bilangan 17.081.945 akan jauh lebih mudah daripada proses mengingat bilangan 51.408.791 karena bilangan pertama sudah dikenal para siswa, apalagi jika dikaitkan dengan hari kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945 yang dapat ditulis menjadi 17–08–1945.
2.  Hal-hal yang sudah terorganisir dengan baik akan jauh lebih mudah diingat siswa daripada hal-hal yang belum terorganisir. Contohnya, mengingat susunan bilangan 4, 49, 1, 16, 9, 36, dan 25 akan jauh lebih sulit daripada mengingat bilangan berikut yang sudah terorganisir dengan baik: 1, 4, 9, 16, 25, 36, dan 49.
3.  Sesuatu yang menarik perhatian siswa akan lebih mudah diingat daripada sesuatu yang tidak menarik hatinya. Acara televisi yang menarik perhatian para siswa akan memungkinkan para siswa untuk duduk berjam-jam di depan TV dan jalan ceritanya akan mampu mereka ingat dengan mudah. Namun hal yang sebaliknya akan terjadi juga, yaitu suatu proses pembelajaran yang tidak menarik perhatian mereka dapat menjadi beban bagi siswa dan tentunya juga bagi para guru.


Permasalahan
1.    1.  Kita ketahui bahwa suatu ingatan itu terdiri atas sensory memory atau Ingatan Inderawi (II), Ingatan Jangka Pendek (IJPd) atau short-term/working memory, Ingatan Jangka Panjang (IJPj) atau long-term memory. Bagaimana cara mengolah  informasi yang kita dapat agar dapat masuk kedalam memori jangka panjang?
2.      2. Apa yang menyebabkan suatu informasi sulit masuk kedalam memori jangka panjang?
3.      3. Dalam suatu pembelajaran perlu ada nya suatu stimulus atau rangsangan.Apakah faktor stimulus berperan penting dalam pemrosesan informasi? jelaskan!