TEORI PEMROSESAN INFORMASI BERBANTUAN MEDIA
Informasi adalah pesan (ucapan atau ekspresi)
atau kumpulan pesan yang terdiri dari order sekuens dari simbol,
atau makna yang dapat ditafsirkan dari pesan atau kumpulan pesan. Informasi
dapat direkam atau ditransmisikan. Hal ini dapat dicatat sebagai tanda-tanda,
atau sebagai sinyal berdasarkan gelombang.
Informasi adalah jenis acara yang mempengaruhi suatu negara dari sistem dinamis. Para
konsep memiliki banyak arti lain dalam konteks yang berbeda. Informasi bisa di katakan sebagai pengetahuan
yang didapatkan dari pembelajaran, pengalaman, atau instruksi. Namun, istilah
ini memiliki banyak arti bergantung pada konteksnya, dan secara umum
berhubungan erat dengan konsep seperti arti, pengetahuan,
negentropy, Persepsi,
Stimulus,
komunikasi,
kebenaran,
representasi, dan rangsangan mental.
Dalam beberapa hal pengetahuan tentang
peristiwa-peristiwa tertentu atau situasi yang telah dikumpulkan atau diterima
melalui proses komunikasi, pengumpulan intelejen, ataupun didapatkan dari
berita juga dinamakan informasi. Informasi yang berupa koleksi data dan fakta
seringkali dinamakan informasi statistik. Dalam bidang ilmu komputer, informasi
adalah data yang disimpan, diproses, atau ditransmisikan. Penelitian ini
memfokuskan pada definisi informasi sebagai pengetahuan yang didapatkan dari
pembelajaran, pengalaman, atau instruksi dan alirannya.
Informasi adalah data yang telah diberi
makna melalui konteks. Sebagai contoh, dokumen berbentuk spreadsheet (semisal
dari Microsoft Excel) seringkali digunakan untuk membuat informasi dari data
yang ada di dalamnya. Laporan laba rugi dan neraca merupakan bentuk informasi,
sementara angka-angka di dalamnya merupakan data yang telah diberi konteks
sehingga menjadi punya makna dan manfaat.
Teori Pemrosesan Informasi
Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa
pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan.
Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran.
Berdasarkan temuan riset
linguistik, psikologi, antropologi dan ilmu
komputer, dikembangkan model berpikir. Pusat
kajiannya pada proses belajar dan menggambarkan
cara individu memanipulasi simbol dan
memproses informasi. Model belajar pemrosesan informasi Anita E.
Woolfolk (Parkay & Stanford, 1992) disajikan melalui skema yang
dikutip berikut ini.
Model belajar pemrosesan
informasi ini sering pula disebut model kognitif
information processing, karena dalam proses belajar ini
tersedia tiga taraf struktural sistem informasi, yaitu:
1) Sensory
atau intake register: informasi masuk
ke sistem melalui sensory register, tetapi
hanya disimpan untuk periode waktu
terbatas. Agar tetap dalam sistem, informasi
masuk ke working memory yang digabungkan dengan
informasi di long-term memory.
2) Working memory:
pengerjaan atau operasi informasi berlangsung di working memory,
dan di sini berlangsung berpikir yang
sadar. Kelemahan working memory sangat terbatas
kapasitas isinya dan memperhatikan sejumlah kecil
informasi secara serempak.
3) Long-term
memory, yang secara potensial tidak
terbatas kapasitas isinya sehingga mampu menampung seluruh
informasi yang sudah dimiliki peserta didik. Kelemahannya
adalah betapa sulit mengakses informasi yang
tersimpan di dalamnya.
Diasumsikan, ketika individu
belajar, di dalam dirinya berlangsung proses
kendali atau pemantau bekerjanya sistem yang berupa prosedur
strategi mengingat, untuk menyimpan informasi ke dalam
long-term memory (materi memory atau ingatan)
dan strategi umum pemecahan masalah (materi kreativitas).
Dalam mengartikan penyampaian informasi dengan
multimedia perlu dibedakan apa yang disebut dengan media pengantar, desain
pesan, serta kemampuan sensorik. Media pengantar mengacu pada sistem yang
dipakai untuk menyajikan informasi, misalnya media berbasiskan media cetakan
atau media berbasiskan komputer. Desain pesan mengacu pada bentuk yang
digunakan untuk menyajikan informasi, misalnya pemakaian animasi atau
teks audio. Kemampuan sensorik mengacu pada jalur pemrosesan informasi yang
dipakai untuk memproses informasi yang diperoleh, seperti proses penerimaan
informasi visual atau auditorial. Sebagai contoh, suatu paparan tentang
bagaimana sistem sesuatu alat bekerja dapat dipresentasikan melalui teks
tertulis dalam buku atau melalui teks di layar komputer (dua media yang
berbeda), dalam bentuk rangkaian kata-kata atau kombinasi kata-kata dan gambar
(dua desain pesan yang berbeda), atau dalam bentuk kata-kata tertulis atau
lisan (dua sensorik yang berbeda). Sebenarnya istilah desan pesan mengacu pada
proses manipulasi, atau rencana manipulasi dari sebuah pola tanda yang
memungkinkan untuk mengkondisi pemerolehan informasi. Penelitian telah
menemukan bukti bahwa desain pesan yang berbeda pada multimedia
instruksional mempengaruhi kualitas performansi (Pranata, 2004). Beberapa teori
yang melandasi perancangan desain pesan multimedia instruksional ialah
teori pengkodean ganda, teori muatan kognitif, dan teori pemrosesan
ganda. Menurut teori pengkodean ganda manusia memiliki sistem memori kerja yang
terpisah untuk informasi verbal dan informasi visual, memori kerja terdiri atas
memori kerja visual dan memori kerja auditori. Teori muatan kognitif menyatakan
bahwa setiap memori kerja memiliki kapasitas yang terbatas. Sedangkan teori
pemrosesan ganda menyatakan bahwa penyampaian informasi lewat multimedia
instruksional baru bermakna jika informasi yang diterima diseleksi pada setiap
penyimpanan, diorganisasikan ke dalam representasi yang berhubungan, serta
dikoneksikan dalam tiap penyimpanan Temuan-temuan penelitian (Pranata, 2004)
telah menguji kebenaran teori pengkodean ganda (dual-coding theory): terdapat
dua buah saluran pemrosesan informasi yang independent yaitu pemrosesan
informasi visual (atau memori kerja visual) dan pemrosesan informasi verbal
(atau memori kerja verbal); kedua memori kerja tersebut memiliki kapasitas yang
terbatas untuk memroses informasi yang masuk. Hal terpenting yang dinyatakan
oleh teori muatan kognitif adalah sebuah gagasan bahwa kemampuan terbatas
memori kerja, visual maupun auditori, seharusnya menjadi pokok pikiran ketika
seseorang hendak mendesain sesuatu pesan multimedia.
Beberapa model telah dikembangkan di antaranya oleh
Gagne (1984), Gage dan Berliner (1988) serta Lefrancois, yang terdiri atas tiga
macam ingatan yaitu: sensory memory atau Ingatan Inderawi (II), Ingatan Jangka
Pendek (IJPd) atau short-term/working memory, Ingatan Jangka Panjang (IJPj)
atau long-term memory. Berdasar ketiga model tersebut dapat dikembangkan
diagram pemrosesan informasi berikut ini:
INGATAN JANGKA PANJANG (IJPj)
Ingatan Inderawi (II)
Sebagaimana terlihat pada diagram di atas, suatu
masukan/informasi yang terdapat pada stimulus atau rangsangan dari luar akan
diterima manusia melalui panca inderanya. Informasi tersebut menurut Lefrancois
akan tersimpan di dalam ingatan selama tidak lebih dari satu detik saja.
Ingatan tersebut akan hilang lagi tanpa disadari dan akan diganti dengan
informasi lainnya. Ingatan sekilas atau sekelebat yang didapat melalui panca
indera ini biasanya disebut ’sensory memory’ atau ‘ingatan inderawi’. Berdasar
pada apa yang dipaparkan di atas, dapatlah disimpulkan bahwa, seperti yang
telah sering dialami para guru dan telah dinyatakan dua orang siswa di bagian
awal tulisan ini, pesan atau keterangan yang disampaikan seorang guru dapat
hilang seluruhnya dari ingatan para siswa jika pesan atau keterangan tersebut
terkategori sebagai ingatan inderawi. Alasanya, seperti sudah dipaparkan tadi,
Ingatan Inderawi hanya dapat bertahan di dalam pikiran manusia selama tidak
lebih dari satu detik saja. Pertanyaan penting yang dapat dimunculkan adalah:
Bagaimana caranya agar informasi atau keterangan seorang guru tidak akan hilang
begitu saja dari ingatan siswa?
Ingatan Jangka Pendek (IJPd)
Suatu informasi baru yang mendapat perhatian siswa,
tentunya akan berbeda dari informasi yang tidak mendapatkan perhatian dari mereka.
Suatu informasi baru yang mendapat perhatian seorang siswa lalu terkategori
sebagai IJPd sebagaimana dinyatakan Gage dan Berliner (1988, p.285) berikut:
“When we pay attention to a stimulus, the informations represented by that
stimulus goes into short-term memory or working memory.” Jelaslah bahwa IJPd
adalah setiap Ingatan Inderawi yang stimulusnya mendapat perhatian dari
seseorang. Dengan kata lain, IJPd tidak akan terbentuk di dalam otak siswa
tanpa adanya perhatian dari siswa terhadap informasi tersebut. IJPd ini menurut
Lefrancois dapat bertahan relatif jauh lebih lama lagi, yaitu sekitar 20 detik.
Sebagai akibatnya, pengetahuan tentang perbedaan antara kedua ingatan ini lalu
menjadi sangat penting untuk diketahui para guru dan diharapkan akan dapat
dimanfaatkan selama proses pembelajaran di kelasnya. Sekali lagi, perhatian
para siswa terhadap informasi atau masukan dari para guru akan sangat
menentukan diterima tidaknya suatu informasi yang disampaikan para guru
tersebut. Karenanya, untuk menarik perhatian para siswa terhadap bahan yang
disajikan, di samping selalu memotivasi siswanya, seorang guru pada saat yang
tepat sudah seharusnya mengucapkan kalimat seperti: “Anak-anak, bagian ini
sangat penting.” Tidak hanya itu, aksi diam seorang guru ketika siswanya
ribut, mencatat hal dan contoh penting di papan tulis, memberi kotak ataupun
garis bawah dengan kapur warna untuk materi essensial, menyesuaikan intonasi
suara dengan materi, memukul rotan ke meja, sampai menjewer telinga merupakan
usaha-usaha yang patut dihargai dari seorang guru selama proses pembelajaran
untuk menarik perhatian siswanya. Namun hal yang lebih penting lagi adalah
bagaimana menumbuhkan kemauan dan motivasi dari dalam diri siswa sendiri,
sehingga para siswa akan mau belajar dan memperhatikan para gurunya selama
proses pembelajaran sedang berlangsung.
Ingatan Jangka Panjang (IJPj)
Mengapa Ibukota Indonesia jauh lebih mudah diingat
daripada Ibukota Negeria? Untuk menjawabnya, perlu disadari adanya suatu
kenyataan bahwa Jakarta jauh lebih sering disebut dan didengar namanya daripada
Lagos; misalnya dari buku, pembicaraan, televisi, ataupun koran. Karenanya,
Jakarta sebagai Ibukota Indonesia kemungkinan besar sudah tersimpan di dalam
IJPj. Informasi yang sudah tersimpan di dalam IJPj ini sulit untuk hilang,
sehingga Jakarta dapat diingat dengan mudah. Jelaslah bahwa IJPj adalah IJPD
yang mendapat pengulangan. Kata lainnya IJPj tidak akan terbentuk tanpa adanya
pengulangan. Dapatlah disimpulkan sekarang bahwa pengulangan merupakan kata
kunci dalam proses pembelajaran. Karenanya, latihan selama di kelas atau di
rumah merupakan kata kunci yang akan sangat menentukan keberhasilan atau
ketidak berhasilan suatu pengetahuan yang diingat dalam jangka waktu yang lama.
Itulah sebabnya, ada guru berpengalaman yang menyatakan kepada siswanya bahwa
akan jauh lebih baik untuk belajar 6 × 10 menit daripada 1 × 60 menit. Selain
pengulangan atau latihan, beberapa hal penting yang harus diperhatikan Bapak
dan Ibu Guru agar suatu pengetahuan dapat diingat siswa dengan mudah adalah:
1. Sesuatu yang sudah dipahami akan lebih mudah
diingat siswa daripada sesuatu yang tidak dipahaminya. Contohnya, proses untuk
mengingat bilangan 17.081.945 akan jauh lebih mudah daripada proses mengingat
bilangan 51.408.791 karena bilangan pertama sudah dikenal para siswa, apalagi
jika dikaitkan dengan hari kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945 yang dapat
ditulis menjadi 17–08–1945.
2. Hal-hal yang sudah terorganisir dengan baik
akan jauh lebih mudah diingat siswa daripada hal-hal yang belum terorganisir.
Contohnya, mengingat susunan bilangan 4, 49, 1, 16, 9, 36, dan 25 akan jauh
lebih sulit daripada mengingat bilangan berikut yang sudah terorganisir dengan
baik: 1, 4, 9, 16, 25, 36, dan 49.
3. Sesuatu yang menarik perhatian siswa akan
lebih mudah diingat daripada sesuatu yang tidak menarik hatinya. Acara televisi
yang menarik perhatian para siswa akan memungkinkan para siswa untuk duduk
berjam-jam di depan TV dan jalan ceritanya akan mampu mereka ingat dengan
mudah. Namun hal yang sebaliknya akan terjadi juga, yaitu suatu proses
pembelajaran yang tidak menarik perhatian mereka dapat menjadi beban bagi siswa
dan tentunya juga bagi para guru.
Permasalahan
1. 1. Kita ketahui bahwa suatu ingatan itu terdiri atas sensory
memory atau Ingatan Inderawi (II), Ingatan Jangka Pendek (IJPd) atau
short-term/working memory, Ingatan Jangka Panjang (IJPj) atau long-term memory. Bagaimana
cara mengolah informasi yang kita dapat agar dapat masuk
kedalam memori jangka panjang?
2. 2. Apa
yang menyebabkan suatu informasi sulit masuk kedalam memori jangka panjang?
3. 3. Dalam suatu pembelajaran perlu ada nya suatu stimulus
atau rangsangan.Apakah faktor stimulus berperan
penting dalam pemrosesan informasi? jelaskan!